Wakil Bupati Bangka Selatan Debby Vita Dewi saat memberikan pengarahan penanganan Stunting di daerah Kab Basel ( Foto : Humas Basel)
Toboali, Asatu Online – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Selatan (Basel) bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bangka Belitung (Babel) menggelar kegiatan evaluasi program percepatan penanganan stunting di daerah itu.
Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang Rapat Gunung Namak Sekretariat Daerah (Setda) Basel, Selasa (9/5) itu, turut dihadiri Direktur RSUD Basel, pengurus IBI Basel, Organisasi perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Basel dan seluruh stakeholder terkait.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Basel, Debby Vita Dewi mengatakan, terkait dengan kegiatan hari ini adalah untuk menyampaikan beberapa evaluasi bagaimana kondisi real tentang percepatan penanganan stunting di Basel.
“Dari hasil pertemuan ini, kami harus bergerak cepat menangani stunting ini karena stunting yang ada di Basel berdasarkan hasil survei meningkatkan yang sebelumnya 19 persen menjadi 23 persen dan ini jadi perhatian kami,” kata Debby yang juga menjabat wakil bupati Basel.
Ia mengatakan, untuk di wilayah Basel sendiri, kasus staunting masih terdapat di 5 desa, diantaranya Desa Malik, Desa Iraj, Desa Bedengung, Desa Serdang dan Desa Rias.
“Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka stunting ini, salah satunya adalah gizi buruk dan pola hidup sehat masyarakat yang masih kurang, tentunya Dalam hal ini Pemda sudah berupaya memberikan makanan bergizi bagi ibu hamil, vitamin, susu dan makanan penunjang lainnya,” ujarnya.
Menurut Debby, guna menekan angka stunting di Basel ini, penanganannya harus dilakukan oleh semua pihak, sebab kasus stunting ini juga termasuk program nasional.
“Untuk itu setelah ini kita akan adakan rapat secara internal bersama OPD terkait, satgas stunting dan segera mungkin menurunkan angka stunting di Basel,” katanya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Provinsi Babel, Fazar Supriadi Sentosa mengatakan, tentunya dalam penanganan kasus stunting ini harus dimulai dari hulu terlebih dahulu.
“Dengan cara mensosialisasikan apa saja yang menyebabkan stunting itu, salah satunya untuk tidak menikah di usia yang belum dianjurkan oleh pemerintah, sebab hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya sunting,” katanya.
Apalagi, menurut dia, dalam hal ini Kabupaten Basel termasuk 3 posisi tertinggi angka stunting di Babel. Untuk itu diperlukan langkah konkret semua pihak agar angka ini bisa turun.
“Dalam penanganan stunting di Basel ini anggarannya juga lumayan besar yaitu bersumber dari DAK pusat 2023 berjumlah Rp 2,8 miliar. Jadi dengan anggaran besar untuk penurunan stunting ini, tentunya kita targetkan dari 23 persen menjadi 19 persen untuk penurunan stuntingnya,” pungkasnya. (Gei)