Foto : H. Hanafi (Bang Mijel) Kamis, 6 Juli 2023
Jakarta, Asatu Online – Minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah merupakan salah satu limbah yang pasti ada di setiap rumah tangga. Namun, tak banyak orang mengetahui cara mengatasi pembuangan limbah minyak jelantah dengan benar agar tidak merusak lingkungan.
Melihat kondisi ini membuat sebuah gebrakan baru, yakni mengumpulkan minyak jelantah dengan menyasar siswa-siswi yang ingin ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Bahkan, Pilot Project Yayasan Darul Ma’arif Ikama, kata Hanafi, program penanganan limbah minyak jelantah, dan kami akan menggandeng pihak sekolah se-Jabotabek untuk membawa minyak jelantah dari rumah lalu mengumpulkannya ke sekolah, ungkap H. Hanafi Sekjen Yayasan Darul Ma’arif Ikama pada Kamis, (6/7/2023) pagi.
Ia menambahkan, gerakan nasional pengumpulan minyak jelantah melalui dunia pendidikan dengan menyasar anak muda tentu bisa menjadi pondasi dasar agar dapat menghindari kerusakan lingkungan.
Minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah, kata Hanafi, nantinya akan dikirim ke luar Jakarta untuk diolah menjadi bahan bakar biodiesel yang tentunya memiliki nilai ekonomis.
Hal ini tentunya untuk mengedukasi masyarakat, termasuk generasi muda untuk lebih peduli dengan lingkungan, terutama terkait masalah limbah, terangnya.
Sementara itu, pihaknya ingin mengedukasi siswa agar ikut menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak membuang limbah jelantah ke alam.
Foto : Ilustrasi minyak jelantah
Pasalnya, jika limbah jelantah dibuang ke alam dalam kurun waktu yang lama tentu akan mencemari lingkungan.
“Kami ingin menanamkan kesadaran
sejak dini terkait permasalahan lingkungan khususnya masalah limbah Jelantah,” kata pria yang sering disapa bang Mijel.
Untuk merealisasikan gerakannya kami akan mensosialisasikannya kepada seluruh warga sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, SMK.
Dengan demikian, lanjut Hanafi, para siswa-siswi mempunyai kreativitas sekaligus menyelesaikan persoalan-persoalan internalnya, kata Hanafi.
Selain itu, siswa-siswi akan mempunyai tabungan pendidikan dalam setiap pengumpulan minyak jelantah dengan hasil Rp 5000,- (lima ribu rupiah) perkilonya, imbuhnya.
“Ini adalah suatu wujud ekonomi kerakyatan pasca pandemi covid 19,” ujar Hanafi.
Lebih lanjut, Hanafi menjelaskan, program gerakan pengumpul jelantah lewat dunia pendidikan ini mudah-mudahan mendapat dukungan dari semua pihak, pungkasnya.