Babel, Asatuonline.id -Beberapa waktu lalu Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), menarik Peraturan Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan (Perdirjen Kemendag) serta Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang tidak sesuai. RKAB saat ini hanya berjarak dari Competent Indonesia (CPI) dan Pelaporan Estimasi Sumber Daya dan Estimasi Cadangan (PHC). Padahal, sebelumnya RKAB yang akan disetujui harus memiliki pengungkit dari CPI Pelaporan Hasil Eksplorasi (PHE) dan CPI PHC, sehingga berisiko membuka jalan bagi aktivitas penambangan ilegal.
Menyikapi pemberitaan tentang hal tersebut Ketua Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ismiryadi justru memberikan dukungan serta mengapresiasi terhadap Perdirjen Kemendag tersebut.
Menurut pria yang akrab disapa Dodot ini, sudah hampir berjalan 15 tahun dengan kebijakan pemerintah daerah melalui UU Otoda memberi dan mengeluarkan izin IUP OP serta smelter-smelter swasta, namun masih membicarakan seputaran proses asal barang carut-marut, legal dan ilegal nya tentang pengelolaan sumber daya alam di Babel.
Bahkan AITI Babel juga merasa heran kalau Sekjen AETI itu justru memberi pernyataan seolah-olah menjadi perwakilan atau jubirnya PT.Timah.
“Pernyataan Jabin itu seolah-olah anggota AETI tersebut hanya PT. Timah, apakah tidak ada perusahaan lain yang menjadi anggota AETI, Karena kami juga dapat informasi bahwa Jabin Sufianto(sekjen AETI) adalah salah satu pemegang saham perusahaan smelter yang ada di Bangka”, ujar Dodot kepada Asatu Online, Jumat (5/3/2021) di Pangkalpinang.
“Apakah perusahaan-perusahaan tersebut sudah benar-benar clear soal RKAB nya, Jangan sampai pernyataan tersebut seperti istilah “menepuk air di dulang akhirnya kena muka sendiri ” dan ” kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu”, lanjutnya
Jadi menurut AITI seharusnya yang dibahas dan direncanakan adalah hal-hal yang lebih berkembang serta maju dalam pengelolaan sumber daya alam produk hilir, seperti pembahasan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan produk ekspor lain, tidak stagnan pada produk tin ingot (timah balok).
produk hilir lain yang lebih dibutuhkan dalam banyak varian adalah tins chemical, tinplate, solder powder, dan lain-lain.
Hal-hal yang seperti ini justru yang seharusnya menjadi perhatian bagi para pengamat negeri ini untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman kemajuan dalam meningkatkan pemanfaatan produk-produk hilir varian baru biji timah untuk diekspor, dan perlu adanya peraturan yang memayungi kegiatan-kegiatan tersebut .. (02).