Sultan Iskandar Muda: Pahlawan Nasional dan Warisan Perjuangan Melawan Penjajahan Portugis di Aceh

Banda Aceh, Asatu Online – Haul ke-388 Sultan Iskandar Muda sekaligus peringatan 20 tahun Tsunami Aceh berlangsung khidmat di Kompleks Baparis, samping Pendopo Gubernur Aceh, Jalan Sultan Mansyur Syah Peuniti, Banda Aceh, Rabu (25/12/2024). Acara ini mengusung semangat menghidupkan kembali warisan perjuangan dan adat istiadat Aceh yang diwariskan oleh sang pahlawan.

Ketua Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA) Banda Aceh, Tgk. H. Abdul Azis, menekankan pentingnya menjaga adat istiadat Aceh yang hampir punah. Ia berharap terpilihnya H. Muzakir Manaf sebagai pemimpin Aceh dapat menjadi tonggak kebangkitan adat dan budaya lokal.

“Kita harus menjaga adat istiadat yang diwariskan Sultan Iskandar Muda. Semoga di bawah kepemimpinan H. Muzakir Manaf, Aceh dapat menghidupkan kembali tradisi yang mulai pudar,” ujar Tgk. Abdul Azis.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk, antara lain ;Tgk. Isramudi (Sekjen MUNA Banda Aceh), Tgk. Muktaruddin (Tuha Peet MUNA Banda Aceh), Irwansyah, ST (Ketua DPRK Banda Aceh), Sultan Saifullah Alaidin Riayat Syah (Penerus Kesultanan Daya), Prof. Adjunct Mariati (Rektor Universitas Ubudiyah).

Sultan Iskandar Muda telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden RI No. 077/TK/1993 atas keberaniannya memimpin Aceh melawan penjajahan Portugis, sekaligus membangun Aceh sebagai kerajaan maritim yang kuat.

Ketua pelaksana acara, Iskandar S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa Haul ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan kejayaan Aceh di masa lalu.

“Acara ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga pengingat akan perjuangan Sultan Iskandar Muda. Kami berharap pemerintah Aceh mengambil alih pelaksanaan Haul ini di masa depan, agar menjadi agenda resmi yang lebih terorganisir,” tegasnya.

Seorang mantan anggota DPRA yang meminta identitasnya dirahasiakan menyoroti minimnya perhatian terhadap sejarah Kesultanan Aceh.

“Sultan Iskandar Muda adalah simbol keberanian melawan penjajah, namun dinamika politik yang tidak stabil di masa lalu membuat warisannya memudar. Bandingkan dengan Kesultanan Yogyakarta, yang tetap eksis dan diakui hingga kini. Mengapa Aceh tidak bisa seperti itu?” tanyanya.

Ia juga menyinggung Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang memberikan kewenangan penuh bagi Aceh untuk mengatur dirinya sendiri. Namun, menurutnya, hingga kini banyak hal belum berjalan sesuai harapan.

“Setelah 18 tahun diberikan kekuasaan oleh pemerintah pusat, mengapa Aceh belum menunjukkan kemajuan signifikan? Kita berharap kepemimpinan H. Muzakir Manaf dapat membawa perubahan besar, termasuk perhatian serius terhadap warisan Kesultanan Iskandar Muda. Jika ini gagal, masa depan Aceh akan suram,” ujarnya tegas.

Peringatan Haul ini menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Sultan Iskandar Muda, baik dalam menjaga adat istiadat maupun memperjuangkan kesejahteraan rakyat Aceh. Dengan dukungan pemimpin yang kredibel, Aceh diharapkan mampu bangkit dari berbagai persoalan dan kembali menjadi daerah yang berjaya. (Marwan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *