Pangkalpinang, Asatu Online – Siapa yang pantas menjadi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung berikutnya? Jika pertanyaan ini diajukan kepada Erzaldi Rosman atau Hidayat Arsani, masing-masing akan mengklaim dirinya sebagai yang paling layak. Demikian pula dengan para pendukung mereka yang tanpa ragu akan menyebut “bos” mereka sebagai pilihan terbaik. Namun, jawabannya akan berbeda jika pertanyaan ini dilemparkan kepada masyarakat umum yang tidak terikat kepentingan. Sebagian mungkin menilai Erzaldi lebih pantas, sebagian lagi memilih Hidayat, dan ada pula yang menilai keduanya tidak layak sama sekali.
Pepatah mengatakan, “kita yang punya emas, orang lain yang punya timbangan,” artinya kelayakan seseorang tergantung dari standar atau kriteria yang digunakan. Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak memiliki “timbangan” yang jelas dalam memilih pemimpin. Akibatnya, pilihan politik mereka sering kali hanya didasarkan pada keterkenalan, bukan kualitas.
Baru-baru ini, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Babel resmi ditetapkan. Erzaldi-Yuri mendapat nomor urut 1, sementara Hidayat-Heliyana nomor urut 2. Secara yuridis, keduanya dinyatakan layak untuk maju. Kini masyarakat hanya punya dua pilihan ini, dan kita harus bijak dalam menilai kelayakan mereka. Ada beberapa kriteria yang bisa menjadi tolok ukur untuk menentukan siapa yang lebih layak.
Pertama, kecerdasan.
Kecerdasan seorang calon pemimpin tidak diukur dari gelar akademik yang berjajar di belakang namanya, melainkan dari kemampuannya memetakan masalah dan merumuskan solusi. Provinsi Babel saat ini menghadapi persoalan serius di bidang ekonomi, termasuk rendahnya daya beli masyarakat dan minimnya lapangan kerja. Bagaimana visi dan misi para calon dalam menghadapi tantangan ini?
Hingga kini, belum banyak terungkap solusi konkret dari para calon terkait pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Padahal, berdasarkan data BPS Maret 2024, angka kemiskinan di Babel naik menjadi 4,55% dari 4,52% di tahun sebelumnya. Meskipun masih di bawah angka nasional (9,03%), tren ini memerlukan perhatian serius. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga naik dari 70,33% pada Februari 2023 menjadi 70,66% pada Februari 2024, menunjukkan bertambahnya angkatan kerja, namun tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai. Dengan kondisi ini, visi ekonomi kedua calon harus benar-benar dikritisi dan dievaluasi.
Kedua, rekam jejak.
Rekam jejak adalah cermin nyata dari kepemimpinan seseorang. Baik Erzaldi maupun Hidayat, keduanya sudah pernah memimpin Babel. Masyarakat dapat melihat langsung bagaimana kinerja dan kebijakan yang mereka terapkan sebelumnya. Apakah mereka amanah, jujur, dan berpihak kepada rakyat? Apakah program yang mereka jalankan membawa kemajuan nyata bagi Babel? Semua ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
Dengan menggunakan kriteria yang tepat, kita sebagai masyarakat bisa memilih dengan lebih bijak dan rasional. Pilkada seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan solusi, bukan sekadar popularitas atau saling serang. Semoga pemimpin yang terpilih nanti benar-benar mampu membawa perubahan positif bagi Bangka Belitung.(*)