Dr. Hayu Prabowo, Fasilitator IRI Indonesia (Dok. pribadi)
Jakarta –Asatu Online Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia menggelar sosialisasi dan pelatihan menulis artikel ilmiah pada Minggu, 25 Agustus 2024.
Siaran pers IRI Indonesia, Selasa (27/8) menyebutkan, acara itu menjadi salah satu rangkaian penting dalam persiapan Konferensi Nasional Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis Indonesia 2024 yang akan digelar pada 14 September mendatang.
Konferensi Nasional IRI 2024 mengusung tema “Kerangka Pentahelix dalam Penanganan Penggundulan Hutan Tropis dan Perubahan Iklim Berbasis Agama.”
Dr. Hayu Prabowo, Fasilitator Nasional IRI Indonesia, dalam pembukaannya menegaskan bahwa pendekatan pentahelix yang melibatkan pemerintah, masyarakat, akademisi, pengusaha, dan media massa sangat penting dalam upaya menjaga kelestarian hutan tropis Indonesia.
“Peran masing-masing pihak ini harus saling menguatkan. Melalui konferensi ini, kami berharap dapat memperkuat sinergi dalam mengatasi permasalahan penggundulan hutan yang semakin mengancam keberlanjutan ekosistem kita,” ujarnya.
Pelatihan yang berlangsung secara virtual itu menghadirkan narasumber utama Rana Setiawan, seorang jurnalis dari Kantor Berita MINA dan kolumnis dari Media Association for Global Peace yang memberikan wawasan mendalam mengenai teknik menulis artikel ilmiah yang baik dan benar.
Rana menekankan pentingnya mengangkat isu-isu lingkungan dengan basis data yang kuat dan menyampaikan informasi yang kredibel kepada publik.
Dalam sesi tersebut, para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, aktivis lingkungan, dan perwakilan media, diberikan pemahaman mengenai cara menyusun artikel ilmiah yang tidak hanya informatif tetapi juga mampu mempengaruhi kebijakan publik.
Pelatihan ini juga menjadi wadah bagi peserta untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait tantangan dalam penulisan ilmiah di bidang lingkungan.
Dalam kesempatan ini, Dr. Hayu Prabowo juga menekankan bahwa konferensi ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen nyata dalam upaya melestarikan hutan tropis melalui pendekatan lintas agama.
“Konferensi ini bukan hanya sekedar ajang diskusi, tetapi juga sebagai bentuk perwujudan aksi nyata dalam menghadapi krisis iklim global,” tegasnya.
IRI Indonesia berharap acara ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda dan para penulis untuk terus mengangkat isu-isu lingkungan, khususnya yang terkait dengan hutan tropis dan perubahan iklim, ke dalam karya ilmiah mereka.
“Kami percaya, dengan memperkuat literasi lingkungan melalui penulisan ilmiah, kita dapat mendorong perubahan positif dalam menjaga kelestarian alam Indonesia,” tambah Dr. Hayu.
Acara ini diikuti dengan antusias oleh peserta yang nantinya akan berpartisipasi dalam Konferensi Nasional IRI Indonesia pada 14 September 2024 mendatang. Mereka juga diingatkan untuk segera mengirimkan abstrak penelitian mereka sebelum batas waktu pada 10 September 2024.