Jakarta, Asatu Online – Peringatan Hari Kartini 21 April 2025 diwarnai aksi simbolik dan edukatif yang dilakukan oleh 11 perempuan mengenakan kebaya tradisional Jawa Tengah. Mereka mendatangi Kantor Wali Kota Jakarta Utara dengan satu tujuan: menghidupkan kembali semangat emansipasi dan menggugah kesadaran sejarah di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dipimpin oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Aliansi Jurnalis Bersatu (DPP AJB), Andi Mulyati Pananrangi, rombongan jurnalis perempuan ini menggelar kuis spontan kepada para ASN dari Dinas Kominfo, Inspektorat, hingga Kesbangpol.
Pertanyaan seputar sosok R.A. Kartini dan tokoh-tokoh perempuan masa kini dilontarkan secara langsung kepada para pegawai negeri yang tengah berdinas.
“Bukan sekadar seremonial. Ini adalah aksi nyata jurnalis perempuan untuk mengingatkan bahwa semangat Kartini harus terus hidup dalam birokrasi dan pelayanan publik,” tegas Andi di tengah kegiatan, Senin (21/4).
ASN yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar diberikan souvenir sebagai bentuk apresiasi. Bagi Andi, pendekatan ini bukan sekadar hiburan, melainkan strategi edukasi ringan yang efektif di tengah rutinitas kerja para ASN.
Rombongan AJB juga sempat menyambangi ruang kerja Wali Kota Jakarta Utara untuk bersilaturahmi secara langsung. Sayangnya, Wali Kota sedang tidak berada di tempat. Meski demikian, kegiatan tetap berlangsung dengan antusias.
“Kami memahami kesibukan beliau. Tapi pesan kami tetap jelas: perempuan hari ini tidak hanya memperingati Kartini, tapi mewarisi semangatnya dengan aksi,” ujar Andi.
AJB merupakan organisasi jurnalis independen yang beranggotakan sekitar 50 orang, mayoritas perempuan. Kehadiran mereka dalam busana kebaya bukan sekadar simbol budaya, tapi juga bentuk pernyataan bahwa perempuan masa kini hadir dengan identitas kuat dan peran strategis.
“Kami datang sebagai jurnalis, sebagai perempuan, dan sebagai penerus semangat Kartini. Kebaya bukan sekadar pakaian – ia adalah simbol perjuangan, martabat, dan keteguhan,” tambah Andi.
Hari Kartini tahun ini dimaknai lebih dari sekadar nostalgia sejarah. Bagi AJB, semangat Kartini harus diaktualisasikan ke dalam aksi nyata, terutama dalam mendorong kesetaraan, edukasi, dan peran perempuan di ruang publik.
“Di tengah arus digital dan tantangan zaman, perempuan Indonesia harus tetap menjadi subjek perubahan. Kartini sudah membuka jalan. Tugas kita adalah meneruskannya,” tutup Andi.
Kegiatan ini pun menjadi cermin bahwa semangat Kartini tak sekadar dikenang, tapi terus dikobarkan – dalam langkah, suara, dan aksi nyata perempuan Indonesia. (Wh)