Santunan Anak Yatim dan Buka Bersama RW 06: Wujud Nyata Kepedulian dan Kebersamaan di Bulan Ramadan

oplus_18

Jakarta, Asatu Online – Ramadan selalu menjadi momen yang penuh berkah dan kebersamaan. Warga RW 06, Kebon Bawang, Tanjung Priok, kembali menggelar acara Santunan Anak Yatim dan Buka Bersama pada Jumat (21/3), sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama.

Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Besar Paguyuban RW 06 dan Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) Kebon Bawang yang bertujuan mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Suasana penuh kehangatan begitu terasa sejak sore hari. Anak-anak yatim dan dhuafa tampak antusias mengikuti rangkaian acara, sementara para tokoh masyarakat, pengurus RW, serta warga sekitar turut hadir untuk berbagi kebahagiaan.

Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Keluarga Besar Paguyuban RW 06, Assoc. Prof. Dr. Irmanjaya Thaher, SH., MH., Lurah Kebon Bawang, Ketua RW 06 dan Ketua RT 01 – 17 serta sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Dalam sambutannya, Assoc. Prof. Dr. Irmanjaya Thaher, SH., MH., mengajak seluruh warga untuk terus memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian sosial.

“Mari kita galang kebersamaan dari hal kecil hingga menjadi besar. Segala sesuatu memang tidak mudah di awal, tetapi jika kita terus bersama, insya Allah akan berkembang dan memberikan manfaat lebih luas,” tuturnya.

Senada dengan itu, Ketua RW 06 Sugeng Riyanto menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar berbagi materi, tetapi juga membangun empati serta mempererat hubungan sosial di tengah masyarakat.

“Santunan anak yatim dan buka bersama bukan hanya acara seremonial, tetapi juga wujud nyata kepedulian kita terhadap mereka yang membutuhkan. Ini adalah momen berbagi kebahagiaan sekaligus mempererat tali silaturahmi di tengah kesibukan sehari-hari,” ungkapnya.

Selain santunan dan buka bersama, Sugeng Riyanto juga menyampaikan kisah inspiratif tentang seorang raja yang mengalami kecelakaan hingga jarinya terputus.

Suatu hari, sang raja berkata kepada menterinya bahwa dirinya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dua jari terputus. Sedangkan, sang menteri menjawab pertanyaan sang raja bahwa kejadian tersebut adalah takdir Allah yang pasti membawa kebaikan. Namun, merasa tidak puas dengan jawaban itu, ia justru menjebloskan menterinya ke penjara.

Beberapa waktu kemudian, saat berburu di hutan, sang raja tertangkap oleh sekelompok suku primitif yang hendak menjadikannya korban persembahan. Namun, setelah melihat jarinya yang terputus, mereka pun membebaskannya karena menganggapnya tidak layak untuk dikorbankan.

Ketika kembali ke istana, sang raja akhirnya menyadari bahwa kejadian itu benar-benar menyelamatkan hidupnya. Ia pun segera membebaskan menterinya dan mengakui kebijaksanaan ucapannya.

Dari kisah ini, Sugeng Riyanto mengajak masyarakat untuk selalu berpikir positif dan yakin bahwa setiap kejadian dalam hidup, baik atau buruk, pasti memiliki hikmah tersendiri.

“Terkadang kita mengeluh saat menghadapi cobaan, padahal di baliknya mungkin tersimpan kebaikan yang lebih besar. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur dan percaya bahwa rencana Allah adalah yang terbaik,” pesannya.

Acara ini diakhiri dengan doa bersama serta pemberian santunan kepada anak-anak yatim. Wajah-wajah ceria mereka menjadi bukti bahwa sekecil apa pun bantuan yang diberikan dapat memberikan dampak besar bagi mereka yang membutuhkan.

Diana Warga RW 06 berharap agar kegiatan seperti ini dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang, tidak hanya sebagai agenda tahunan, tetapi juga sebagai budaya kepedulian sosial yang terus berkembang.

“Kegiatan ini bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa lebih peka terhadap sesama. Semoga acara ini bisa terus berjalan dan semakin banyak pihak yang ikut berpartisipasi,” ujarnya.

Dengan semangat Ramadan yang penuh berkah, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa berbagi bukan hanya kewajiban, tetapi juga sumber kebahagiaan dan keberkahan bagi semua. (Wh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *