Para guru sejarah, pelajar, dan mahasiswa foto bersama saat berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur, Selasa 24 September 2024 (Foto: Dok. YKCB)
Jakarta, Asatu Online – Ratusan guru sejarah, dosen, dan mahasiswa di DKI Jakarta, Selasa 24 September 2024 melakukan study tour ke Monumen Pancasila Sakti di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur dalam rangka Peringatan Pemberontakan G. 30 S 1965/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila.
Kunjungan para Sivitas Akademika DKI Jakarta ke Monumen Pancasila Sakti itu dimulai pukul 10.00 WIB, dipandu oleh pihak Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) dan para petugas museum tersebut.
Peserta tour sejarah itu berjumlah kurang lebih 150 orang, terdiri dari dosen, guru sejarah, mahasiswa, dan siswa yang berasal dari Universitas Trilogi, Universitas Pancasila, Uhamka, siswa Labschool Cireundeu, dan guru-guru dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI).
Ketua YKCB Mayjend. (Purn.) Lukman R. Boer kepada para peserta study tour mengemukakan harapannya agar kegiatan tersebut menjadi bagian dalam membangun pemahaman perjalanan sejarah kepada generasi penerus bangsa.
Ia menjelaskan, Indonesia telah mengalami beberapa fase pemberontakan Komunis sejak zaman penjajahan Belanda 1926, masa Perjuangan Kemerdekaan (1948, Peristiwa Madiun), dan terakhir pada era Pemerintahan Soekarno (1965).
“Pemberontakan G30S PKI 1965 telah menelan begitu banyak korban masyarakat Indonesia, sehingga sebagai warga bangsa, kita berharap peristiwa itu tidak terulang dan harus menjadi kejadian pahit terakhir yang pernah dialami Indonesia,” kata Ketua YKCB..
Sejarah dan dinamika sosial politik Indonesia terus berubah, lanjutnya, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah dibubarkan melalui Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) dan dikuatkan oleh Ketetapan MPRS No 25/1966.
Namun menurut para pegiat Komunisme, PKI tidak pernah mati dan tidak pernah pula dibubarkan oleh para pendirinya, sebagaimana pesan DN Aidit dan Sudisman, menjelang tertangkap dan ditembak mati oleh pasukan TNI yang menangkapnya.
Kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme itu, menurut Mayjend. (Purn.) Lukman R. Boer, semoga terus tumbuh pada generasi penerus Bangsa Indonesia. “Agar Pancasila semakin kuat dan terjaga dalam lingkungan hidup Bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu Letkol Caj Edy Bawono, S.S., M.T selaku Kepala Monumen Pancasila Sakti menjelaskan berbagai kekejian dan pengkhianatan PKI sejak awal kemerdekaan hingga 1968.
“PKI terus melakukan kekejian dan pengkhianatan kepada Pancasila dan Bangsa Indonesia. Monumen ini sebagai bukti sejarah!” Ujar Letkol Caj Edy Bawono. (A1)