Foto : Ilustrasi
Editorial
Babel, Asatu Online – Dalam beberapa bulan terakhir, harga beras di pasar kota-kota di Provinsi Bangka Belitung (Babel) semakin hari semakin merangkak naik, menyebabkan tekanan ekonomi yang lebih besar bagi rakyat.
Kenaikan harga tersebut telah menyebabkan keprihatinan di kalangan masyarakat, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah yang merasakan dampak langsung dari kenaikan biaya hidup.
Di pasar Sungailiat, harga beras naik sekitar 30% dalam tiga bulan terakhir, semula harga beras Cap Sendok itu Rp 50.000,- untuk satu karung 5 kg, sekarang sudah Rp 65.000,- per karung 5 kg.
Kenaikan ini menjadi salah satu kenaikan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Dugaan awal lonjakan harga ini dengan faktor-faktor seperti kelangkaan pasokan akibat cuaca ekstrem yang mempengaruhi produksi padi, kenaikan biaya produksi pertanian, serta fluktuasi dalam pasar global.
Akibat kenaikan harga beras ini, banyak keluarga di seluruh Provinsi Babel merasa semakin terjepit dalam mengatur anggaran harian mereka.
Mereka terpaksa melakukan penyesuaian, mengurangi pengeluaran di berbagai sektor lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan rekreasi.
Beberapa organisasi masyarakat dan partai politik telah merespons situasi ini dengan mengadakan program bantuan pangan bagi keluarga yang terdampak secara ekonomi.
Sampai saat ini belum ada penjelasan baik itu dari pemprov Babel ataupun dari pihak pemkab Bangka dan juga pemkab-pemkab yang lainnya.
Masyarakat menilai, pemprov dan pemda seolah tidak peduli dengan kenaikan bahan pokok utama masyarakat, padahal tidak mungkin mereka tidak tau dengan kenaikan harga beras yang naik signifikan.
Dalam konteks ini, para pemangku kepentingan seperti Bupati, Walikota dan PJ Gubernur Babel diharapkan bekerja sama untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang guna meredakan tekanan ekonomi yang dirasakan oleh rakyat.
Sementara harga beras merangkak naik, upaya kolaboratif diharapkan dapat memberikan bantuan dan stabilitas bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi ini.