Praktisi Pertambangan Ungkap Peluang Logam Tanah Jarang dari SHP Timah

Bandung, Asatu Online — Praktisi pertambangan Dr. Ichwan Azwardi, S.T., M.T. mengungkapkan konsep dan potensi geometalurgi Logam Tanah Jarang (LTJ) yang bersumber dari pengolahan sumber daya sekunder pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Bidang Keahlian Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (13/12/2025).

FGD bertema “Konsep Geometalurgi Logam Tanah Jarang dalam Pengolahan Sumberdaya Sekunder dari Hasil Pengolahan–Pemurnian Bijih Timah dan Nikel” tersebut merupakan bagian dari Program Hilirisasi Riset yang bertujuan mendukung keberlanjutan hasil penelitian sekaligus membuka wawasan baru pemanfaatan sumber daya mineral strategis.

Forum diskusi ini menitikberatkan pada pengembangan konsep geometalurgi LTJ yang berasal dari endapan sekunder, khususnya Sisa Hasil Pengolahan (SHP) dari pengolahan bijih timah dan nikel.

Dalam pemaparannya, Ichwan Azwardi menjelaskan proses geologi terbentuknya mineral ikutan timah, termasuk Logam Tanah Jarang, sejak tahap awal pembentukan hingga mengalami perubahan menjadi endapan sekunder.

“Endapan sekunder yang dimaksud adalah SHP, yakni material hasil pengolahan yang masih memiliki potensi mineral bernilai, termasuk mineral ikutan timah dan Logam Tanah Jarang,” jelas Ichwan.

Ia juga memaparkan karakteristik endapan SHP sebagai endapan sekunder dan membandingkannya dengan endapan primer atau in-situ. Berdasarkan data riset yang ada, Ichwan menilai endapan sekunder tersebut masih memiliki peluang besar untuk menghasilkan mineral ikutan timah dan LTJ melalui penerapan teknologi pengolahan mineral yang tepat.

Lebih lanjut, Ichwan menjelaskan bahwa mineral ikutan timah yang mengandung unsur LTJ di antaranya monazite dan xenotime yang secara geologi terbentuk bersamaan dengan cassiterite sebagai mineral utama pembawa timah.

“Pengendapan mineral tersebut terjadi secara primer dan aluvial. Primer berasal langsung dari magma, sedangkan aluvial merupakan endapan yang telah terlapukan dan terkonsentrasi di endapan sungai purba,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa mineral LTJ memiliki berat jenis yang hampir sama dengan mineral timah, sehingga dalam kegiatan penambangan, mineral LTJ sejatinya ikut tertambang bersamaan.

Proses pemisahan mineral dilakukan berdasarkan sifat fisik. Monazite bersifat non-konduktor, sedangkan cassiterite bersifat konduktor, sehingga dapat dipisahkan menggunakan peralatan berbasis kelistrikan seperti High Tension Separator (HTS).

Menurut Ichwan, pengembangan Logam Tanah Jarang ke depan memerlukan perubahan paradigma dalam penambangan timah.

“Untuk mendapatkan mineral ikutan timah termasuk LTJ, penambangan perlu dilakukan pada kadar yang lebih rendah agar potensi mineral ikutan yang selama ini terabaikan dapat dimanfaatkan secara optimal,” ungkapnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *