Ketua Dewan Pers Ajak Pers Indonesia Kembangkan Jurnalisme Berbasis Pancasila

  • Bagikan

Ketua Dewan Pers Prof. Dr. Azyumardi Azra saat berbicara selaku keynote speaker pada Rapimnas SMSI di Mabes TNI AD Jakarta, Kamis 21 Juli 2022 (Foto: Istimewa)

Jakarta, Asatu Online – Berbicara di depan para pimpinan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Ketua Dewan Pers Prof Dr Azyumardi Azra mengajak pers Indonesia untuk mengembangkan jurnalisme yang berbasis Pancasila.

“Pers sangat berperan penting dalam menumbuhkan optimisme masyarakat serta mendorong persatuan dan mendamaikan bangsa,” kata Azyumardi Azra, cendekiawan muslim yang terpilih menjadi Ketua Dewan Pers periode 2022-2025 dalam pernyataannya sebagai pembicara kunci pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) SMSI di Markas Besar Angkatan Darat RI, Jalan Juanda Jakarta, Kamis (21/7/2022).

Selain Ketua Umum SMSI Firdaus dan para pimpinan SMSI dari berbagai provinsi, hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan SMSI Budiman Sudjatmiko dan dua anggota Dewan Pertimbangan SMSI, Bona Ventura Sulistiana dan Drs KH M Ma’shum Hidayatullah MM, Dewan Penasehat Ervik Ary Susanto, Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari, dan Danjen Kopassus Mayjen TNI H Iwan Setiawan SE, MM.

Lebih lanjut Azyumardi menjelaskan, jurnalisme berketuhananlah yang menumbuhkan persaudaraan dan toleransi, sehingga berita-berita yang disajikan selalu berpijak pada kebenaran.

Media siber, menurutnya dapat menjangkau orang dan dapat mengajak warga berpartisipasi yang bermakna untuk mewujudkan “democracy deliberative”.

Gagasan dan pemikiran Azyumardi sendiri tentang keindonesiaan banyak tersebar dimana-mana.

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan bahwa rakyat Indonesia harus bersyukur memiliki Pancasila yang kemudian menjadi penyelamat dari bahaya kehancuran sebagaimana yang dialami oleh negara-negara muslim di Timur Tengah.

Dalam berbagai kesempatan Azyumardi menegaskan, pers sangat berperan dalam menjaga keutuhan dan kesatuan sosial. Karena itu pers harus menghindari isu-isu yang dapat memecah belah bangsa.

“Pers jangan ikut membuat kegaduhan, terlebih lagi menjelang Pemilu 2024 nanti. Pers sebaiknya menghadirkan narasi-narasi yang tidak memecah-belah. Pilih diksi yang menyejukkan,” katanya.

Prof Azyumardi pernah menjadi Wartawan Panji Masyarakat (1979-1985), Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992-sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998).

Ia juga merupakan orang Asia Tenggara pertama yang diangkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne Australia (2004-2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan (2004-2009).

Prof Azyumardi Azra yang lahir di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatra Barat pada 4 Maret 1955 itu memulai karier pendidikan tinggginya sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada 1982. Kemudian atas dukungan beasiswa Fullbright, ia mendapakan gelar Master of Art (MA) pada  Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University  tahun 1988.

Ia mendapatkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.

Pada 1992 ia memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Columbia University tahun 1990, dan  Doctor of Philosophy Degree dengan disertasi berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries”.

Tahun 2004, disertasinya yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).

Kembali ke Jakarta pada 1993, Azyumardi mendirikan sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam.

Pada 1994-1995 dia mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.

Azyumardi adalah seorang akademisi berprestasi, pemikir Islam progresif dan satu dari salah seorang cendekiawan muslim “pendobrak” dan pembaharu.

Kiprahnya selama ini di dunia pendidikan Islam menghasilkan inovasi-inovasi yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Salah satu hasilnya adalah, transformasi IAIN Syarif Hidayatullah menjadi UIN Syarif Hidayatullah, dan menjadikan institusi pendidikan Islam bisa masuk ke dalam arus utama, menjadi lebih open-minded, berkualitas dan bermartabat di mata masyarakat.

Azyumardi terpilih sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1998 dan mengakhirinya pada 2006. Pada 2010 ia memperoleh titel Commander of the Order of British Empire, sebuah gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris dan menjadi ‘Sir’ pertama dari Indonesia.

Azyumardi menikah dengan Ipah Farihah dan dikaruniai empat anak, yakni Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra. (tama)

Loading

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *