Bangka, Asatu Online – Ratusan penambang bersama masyarakat Lingkungan Jalan Laut, Kampung Pasir, Air Hanyut ditambah kelompok nelayan dan pelimbang pasir timah membubuhkan tanda tangan atas petisi dukungan tambang rakyat yang beroperasi di tiga lingkungan yang ada di Sungailiat, Jum’at (18/3).
Petisi ini mereka tanda tangani setelah aktifitas penambang di wilayah yang dimaksud dihentikan petugas atas statment yang dikeluarkan oleh ketua DPC HNSI Bangka disejumlah media online.
Pada kesempatan itu, ratusan para penambang serta pihak lainnya mengundang Ketua DPC HNSI Bangka untuk hadir ditengah masyarakat, mengingat statement yang dikeluarkan Ketua DPC HNSI ini telah membuat kegaduhan yang luar biasa bagi ribuan orang yang hidup dan mata pencahariannya bergantung dari aktifitas tambang rakyat yang berada di tiga lingkungan tersebut.
Sayangnya, hingga waktu yang ditentukan, Ketua DPC HNSI Bangka, Lukman tak juga menampakkan batang hidungnya hingga masaa membubarkan diri.
Ketua DPC HNSI Provinsi Babel, Johan Murod yang hadir ditengah-tengah kerumunan massa mengatakan, yang bersangkutan tidak bisa hadir (Lukman–red) dikarenakan takut.
Sebagai pimpinan tertinggi yang ada di HNSI Bangka, ia mengatakan tetap membela anak buahnya. Karena apa yang dilakukan oleh Lukman bukan atas kehendaknya, namun ia hanya mengakomodir keluhan yang disampaikan para guru atas suara gaduh yang disebabkan oleh aktifitas penambangan yang berada dekat sekolah.
“Jadi maksud Lukman itu bukan tidak setuju, dia hanya mengakomodir keluhan yang disampaikan para guru. Maksudnya itu di aturlah kasian para guru yang sedang mengajar, suara mereka sampai hilang saat proses jam belajar mengajar berlangsung,” katanya.
Sebagai orang diberikan gelar sebagai panglima adat, Johan Murod menyatakan sikap jika dirinya mendukung penuh penambangan rakyat yang dilakukan masyarakat Bangka apalagi penambangan tersebut dilakukan di wilayah sendiri.
“Kita ini nambang dikampung sendiri, tanah nenek moyang kita, masa kita ganggu, orang lain saja, dari Thailand seperti KIP nambang disini tidak kita ganggu, ini masyarakat kita sendiri, nambang ditanah sendiri, mesti kita dukung, tapi regulasinya harus diatur,” ujarnya.
Untuk itu, ia menyarankan kesejumlah perwakilan tokoh masyarakat beserta para kepala lingkungan masing-masing untuk bertemu Kapolres Bangka agar penambangan rakyat ini bisa berjalan seperti sedia kala.
Sementara, salah satu tokoh masyarakat lingkungan setempat, Jawahir mengaku, aksi damai ini dilakukan untuk mencari solusi terbaik agar aktifitas penambangan di tiga lingkungan tersebut bisa kembali beraktifitas.
Sebab menurut dia, banyak masyarakat yang totalnya mencapai ribuan orang, saat ini bergantung dari aktifitas penambangan di tiga lingkungan tersebut.
“Bayangkan jika ini dihentikan, ribuan orang yang bergantung hidup dari penambangan disini akan kehilangan sumber penghasilan. Jadi aktifitas disini bukan untuk kepentingan sekelompok orang saja, akan tetapi banyak orang,” ungkapnya.
Ia meminta kepada sejumlah pihak yang telah melaporkan hal tersebut untuk mencabut laporannnya dan ia juga meminta untuk tidak zolim kepada masyarakat yang bergantung hidup dari hasil penambangan.
“Janganlah zolim, pikirkan perut orang banyak, karena ini bukan kepentingan golongan, tapi kepentingan masyarakat banyak,” pungkasnya.
Dikatakan Jawahir, semenjak tambang rakyat tersebut beroperasi, sejumlah fasilitas tempat ibadah yang ada di tiga lingkungan tersebut dibantu oleh pihak yang mengelola tambang dan manfaat dari pembangunan yang dilakukan dirasakan oleh masyarakat.
“Bayangkan, semenjak keberadaan mereka disini, Masjid disini terbangun, Klenteng juga dibantu serta Masjid di Air Hanyut juga dibantu. Tolonglah, jangan lah kalian zolim kepada kami,” tuturnya.
Sementara, salah satu warga sekitar menyayangkan ditutupkan aktifitas penambangan di lingkungan ini. Sebab menurut dia, dengan adanya aktifitas ini, pengelola aktifitas tambang di tiga lingkungan itu telah memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat sekitar berupa uang tunai setiap minggunya beserta sembako kepada seluruh masyarakat di tiga lingkungan yang di maksud.
“Baru kali ini kami merasakan ada pengusaha yang peduli dengan masyarakat. Kami ini masyarakat biasa, setiap minggunya, dapat kontribusi 500 ribu dan sembako. Ini berkat aktifitas penambangan disini. Jadi semua di akomodir termasuk para janda dan fakir miskin serta lansia,” katanya.
Untuk itu, para warga dan penambang berharap kepada pihak terkait untuk tidak menutup aktifitas tambang rakyat ini sehingga masyarakat yang kini bergantung pada pasir timah dapat beraktifitas seperti sedia kala
“Semoga Senin ini semuanya sudah berjalan normal seperti sedia kala. Kepada pihak yang melapor, cabutlah laporan kalian karena apa yang kalian laporkan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan dan kepada pihak kepolisian kami harap Senin ini tambang rakyat di tiga lingkungan sudah beroperasi seperti sedia kala,” harapnya. (Sari)