Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar – Puan, H. Mochtar Mohamad (Foto: Istimewa).
Jakarta, Asatu Online– Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar – Puan, H Mochtar Mohamad mengatakan, pasangan Ganjar – Puan bisa menjadi penerima estafet Jokowi karena diusung dari partai yang sama, yaitu PDI Perjuangan.
Siaran pers Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar – Puan, Kamis (30/12/2021) menyebutkan, suara PDI Perjuangan pada Pemilu 2024, atas efek Jokowi dan Ganjar – Puan bisa jadi melebihi perolehan pada Pemilu 1999, kira-kira di atas 40 persen, atau naik signifikan dibanding perolehan pada Pemilu 1999 yang mencapai 34,74 persen.
Disebutkan pula, menurut survei bulan Desember 2021 yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), indikator kenaikan suara PDIP secara signifikan terukur di Jawa Barat, di mana saat ini Kabupaten Indramayu yang sebelumnya didominasi Golkar bergeser ke PDI Perjuangan hingga 48 persen dan Kabupaten Pangandaran 50 persen,
Di sisi lain, keberadaan sosok Puan Maharani menjadikan pemilih PDIP tambah solid mendukung pasangan Ganjar – Puan, sementara Wilayah Sumatera bakal bangkit bergabung ke Ganjar – Puan yang diyakini mampu membuat Indonesia Berdikari, dimana rakyat cukup makan, cukup pakaian, cukup sekolah, dan cukup papan seperti diinginkan Bung Karno.
Mochtar Mohamad lebih lanjut mengemukakan, pasangan Ganjar – Puan merupakan penerus konsep Bung Karno dengan Spirit Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti Bung Karno yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.
Sebelumnya, hasil survei terbaru SMRC bertajuk “Prospek Partai Politik dan Calon Presiden: Kecenderungan Perilaku Politik Pemilih Nasional” yang dirilis secara online pada 28 Desember 2021 menyebutkan, dukungan publik pada PDIP yang mengungguli dukungan ke partai-partai lain tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Joko Widodo dan Ganjar Pranowo.
Survei SMRC itu dilakukan pada 8-16 Desember 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung. Jumlah sample awal 2.420 yang dipilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah.
Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 2.062 atau 85 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, dalam presentasinya menunjukan, dukungan publik pada PDIP bertahan pada posisi teratas dengan 25,2 persen suara. Angka ini membuat PDIP menjadi satu-satunya partai dengan elektabilitas yang melampaui perolehan suara pada Pemilu 2019, yaitu sebesar 19,3 persen.
Kenaikan suara PDIP sangat signifikan, dari 14,03 persen pada Pemilu 2009 ketika Jokowi belum muncul dalam politik nasional menjadi 19,3 persen pada Pemilu 2019, dan cenderung bertahan bahkan menguat di posisi teratas.
Abbas menunjukkan bahwa pemilih Jokowi menjelang 2014 dibanding pemilih tokoh lain jauh lebih banyak yang memilih PDIP. Pemilih yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi setelah Pemilu 2014 jauh lebih banyak yang memilih PDIP dibanding dengan yang tidak puas.
Abbas, melalui survei eksperimental selanjutnya membuktikan bahwa PDIP tanpa Jokowi pada Pemilu 2014 akan mendapat suara kurang dari 14 persen.
Hal serupa terjadi pada Pemilu 2019, dimana Jokowi memberi pengaruh positif dan signifikan pada elektabilitas PDIP. Tanpa Jokowi, partai ini akan mendapat suara kurang dari hasil Pemilu, 19,3 persen.
Di samping Presiden Jokowi, PDIP sekarang punya tokoh yang disukai pemilih, yakni Ganjar Pranowo. Sebesar 46 persen pemilih PDIP beririsan dengan pemilih Ganjar Pranowo, sementara 10 persen beririsan dengan Puan Maharani..(01)