Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan (kiri) tengah berdiskusi dengan Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) Aat Surya Safaat (kanan) di gedung MUI Jakarta, Jumat 3 September 2021 (Foto: Istimewa)
Jakarta, Asatuonline.id – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Dr H Amirsyah Tambunan MA mendukung penulisan buku mengenai wisata halal yang digagas oleh Forum Akademisi Indonesia (FAI) sebagai bagian penting dari upaya meningkatkan literasi terkait wisata halal di Indonesia.
“MUI mendukung penuh penulisan buku tersebut, terutama karena masih adanya pemahaman yang tidak utuh terkait wisata halal, bahkan ada yang mengartikan wisata halal sebagai sebuah konsep untuk mensyariahkan destinasi wisata,” katanya di Jakarta, Jum’at (3/9/2021).
Sekjen MUI yang biasa disapa Buya Amirsyah Tambunan itu mengemukakan keterangan tersebut ketika berdiskusi di gedung MUI terkait rencana pembuatan buku wisata halal berjudul “Tokoh Nasional Bicara Wisata Halal” yang digagas FAI.
Diskusi tersebut dihadiri Penasihat FAI Aat Surya Safaat dan Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri FAI Didin Syahrudin Sukeni, sementara dari MUI yang mendampingi Buya Amirsyah Tambunan adalah Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Andi YH Djuwaeli.
Menurut Sekjen MUI, wisata halal yang dalam terminologi pariwisata global disebut “Moslem Friendly Tourism” (Wisata Ramah Muslim) perlu dipahami sebagai sebuah konsep untuk menghadirkan keterpaduan sistem pariwisata yang bersih, sehat, aman, dan nyaman serta ramah lingkungan sesuai konsep Islam “Rahmatan Lil A’lamin” (rahmat bagi sekalian alam).
Lebih dari itu, makanan yang tersedia di tempat wisata halal tentunya adalah makanan yang halal dan baik sesuai makna ayat 168 Surat Al-Baqarah yang mengingatkan manusia supaya memakan makanan yang halal dan baik.
Dengan demikian wisata halal itu bukan hanya bisa dinikmati oleh wisatawan Muslim, tapi juga oleh wisatawan Non Muslim, bahkan saat ini ada beberapa negara yang cepat menangkap peluang pelayanan wisata halal yaitu Thailand, Malaysia, China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Inggris, dan Prancis.
Ia juga menjelaskan, Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk mengembangkan wisata halal. Alasannya karena letak geografis Indonesia sangat strategis dengan destinasi wisata yang beraneka ragam, memiliki sumberdaya alam yang sangat kaya serta merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.
Upaya untuk menggalakkan wisata halal itu sendiri, menurut Sekjen MUI juga perlu didorong dengan cara meningkatkan SDM di bidang teknologi informasi (IT) terkait dunia pariwisata serta melibatkan kalangan perguruan tinggi dalam kajian-kajian wisata halal.
Sementara itu Penasehat FAI Aat Surya Safaat mengemukakan, rencana penulisan buku berjudul “Tokoh Nasional Bicara Wisata Halal” juga telah mendapatkan dukungan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) Sandiaga Salahudin Uno.
Menurut Aat, Menparekraf mendukung penulisan buku wisata halal yang digagas FAI itu karena upaya tersebut sangat penting untuk menambah khazanah dan diskursus mengenai wisata halal di Indonesia serta diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih paripurna kepada publik terkait wisata halal.
“Wisata halal memang perlu terus disosialisasikan, termasuk bagaimana meningkatkan literasinya terkait agenda tersebut,” kata wartawan senior peraih “Press Card Number One” dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang juga pernah menjadi Kepala Biro Kantor Berita ANTARA di New York itu.
Sementara itu Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri FAI Didin Syahrudin Sukeni mengemukakan, buku yang akan diberi judul “Tokoh Nasional Bicara Wisata Halal” itu adalah wujud sumbangsih FAI bagi negeri ini, khususnya untuk memberikan gambaran yang utuh tentang wisata halal.
“FAI siap bersinergi serta akan memberikan dukungan, tentunya secara akademis, termasuk melalui pembuatan buku wisata halal tersebut,” kata Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri FAI itu..(red)