Foto : Lokasi pembangunan masjid baru di Bukit Koala terletak di pinggir jalan. (Didi)
*Tahun 2022 Bakal Mengajukan Proposal Untuk Dana Rp 1,8 M
BANGKA,Asatuonline id– Proyek pembangunan masjid di lingkungan Bukit Koala, Kelurahan Matras, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka kini penyelesaian tertunda lantaran dana untuk pembangunan masjid di lingkungan setempat terbatas.
Informasi yang berhasil dihimpun oleh tim media BabelToday.com di lapangan termasuk keterangan dari sejumlah warga di lingkungan setempat menyebutkan jika pembangunan masjid baru di lingkungan Bukit Koala, Matras mulai dilaksanakan akhir tahun 2020.
Sementara informasi lainnya menyebutkan dana untuk proyek pembangunan masjid baru setempat menggunakan dana bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Bangka Belitung (Babel) hingga mencapai ratusan juta rupiah.
Namun, sebagian warga lingkungan setempat masih menyayangkan pelaksanaan pembangunan masjid baru di lingkungan Bukit Koala tak tuntas sebagaimana mestinya, sebaliknya justru terbangun cuma 13 tiang pilar.
“Lihat saja dalam pelaksanaannya hanya terbangun 13 tiang pilar padahal informasinya dana pembangunan masjid baru di kampung itu hingga ratusan juta,” ungkap warga yang enggan disebutkan identitas dirinya belum lama ini.
Kondisi pembangunan masjid baru di daerah setempat tak rampung hanya sebatas terbangun belasan tiang tak dipungkiri oleh Kepala Lingkungan (Kaling) Bukit Koala Matras, Suib.
“Seperti itulah kondisinya di lapangan. Memang kalau dilihat hanya belasan tiang yang terbangun,” kata Suib.
Saat disinggung terkait sumber dana untuk proyek pembangunan masjid baru di lingkungannya tersebut bersumber darimana justru Kaling ini mengaku bahwa dana bersumber dari dana Hibah APBD Pemprov Babel tahun anggaran 2020 sekitar Rp 500 juta.
Ia menambahkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan masjid baru di Bukit Koala ini diinisiasi awalnya oleh suatu yayasan yang diketuai oleh Rusli Amin (mantan anggota DPRD Kab Bangka). Namun saat disinggung mengenai permasalahan pembangunan masjid tersebut kini tak tuntas Suib malah tak banyak berkomentar.
“Ya mungkin dananya yang terbatas. Tapi saya tahu rencana awal pembangunan masjid baru di kampung kita itu bakal dibangun dua lantai,” katanya.
Terpisah, Budi Triono selaku mantan Kaling Bukit Koala saat dikonfirmasi terkait proyek pembangunan masjid baru di lingkungan tempat tinggalnya saat ini belum rampung justru tak menampik.
Sebaliknya Budi mengaku jika pembangunan masjid baru tersebut tak rampung lantaran alasan.dana yang tak mencukupi alias terbatas. Meski begitu Budi pun mengaku jika sumber dana untuk pembangunan masjid tersebut diperoleh dari bantuan pihak Pemprov Babel yakni dana Hibah tahun anggaran 2020.
“Sumber dana memang dari APBD Pemprov Babel tahun 2020 yakni dana Hibah. Jumlahnya mencapai angka senilai Rp 500 juta untuk pembangunan masjid baru tersebut,” ungkap Budi yang juga mengaku selaku sekretaris di dalam yayasan saat ditemui tim media ini di kediamannya di lingkungan Bukit Koala Matras beberapa waktu lalu.
Budi pun menyangkal atau membantah jika sebagian pihak atau warga ada yang beranggapan dalam pelaksanaan proyek pembangunan masjid baru di bawah naungan yayasannya sarat KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Sebaliknya menurut ia selama pelaksanaan pembangunan masjid baru di lingkungan Bukit Koala itu justru diyakininya sama sekali tak ada masalah, bahkan tim audit dari Pemprov Babel pun telah melakukan pemeriksaan termasuk pimpinan DPRD Provinsi Babel bersama timnya justru mempermasalahkan kondisi bangunan masjid baru hanya terbangun belasan tiang pliar meski hingga menelan dana mencapai Rp 500 juta.
“Tidak ada masalah dalam proyek ini. Tim audit dari Pemprov Babel pun termasuk ketua dewan provinsi Babel beserta timnya pernah meninjau ke lokasi masjid yang baru dibangun di lingkungan Bukit Koala,” kilahnya.
Saat disinggung lebih jauh bagaimana proses awal pembangunan masjid baru di lingkungan setempat. Menurutnya, proses awalnya yakni adanya pengajuan proposal pembangunan masjid baru oleh yayasan yang diketuai oleh Rusli Amin termasuk dirinya selaku Sekretaris kepada pihak Pemprov Babel pada tahun 2020 lalu, sedangkan selaku bendahara yayasan yakni Ebit warga lingkungan setempat.
“Yang mengajukan proposal itu saya dengan pak Rusli sementara masyarakat tidak tahu. Namun masyarakat tahunya mau gotong-royong dengan uang senilai Rp 500 juta. Lalu saya bilang kepada masyarakat apa mau tangan dua jadi satu?,” ungkap menceritakan kronologis awal mula proses pembangunan masjid baru itu.
Lanjutnya, proposal yang diajukan mereka itu akhirnya disetujui oleh Pemprov Babel sehingga mengucurlah dana segar senilai Rp 500 juta atau disebut dana Hibah. Namun Budi malah mengaku mereka saat itu justru merasa kebingungan saat sejumlah dana Hibah tersebut cair lantaran persoalan bagi mereka yakni tak mengerti bagaimana membuat laporan penggunaan dana Hibah tersebut.
“Karena kami kebingungan bagaimana membuat laporan penggunaan dana Hibah senilai tersebut. Jadi akhirnya kami minta bantuan kepada salah seorang kontraktor bernama Rato untuk membantu kami,” terang Budi.
Kendati dana hibah Rp 500 juta usai diterima pihaknya selaku pengurus yayasan tak dipungkiri sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan warga di lingkungan setempat.
“Kalau duit sudah diserahkan ke yayasan jadi masyarakat tidak berhak untuk turut campur. Sebab yang buat proposal itu kan bukan warga tapi kami selaku pengurus yayasan. Jika ada masyarakat mau ngaudit sesungguhnya bukanlah haknya namun yang berhak yakni pemerintah,” tegas Budi seraya menambahkan jika apa yang dilakukan pihaknya tak lain semata-mata tujuan untuk ibadah.
Lanjutnya, terkait lokasi pembangunan masjid baru itu menurutnya justru pihaknya tidak membeli sebuah lahan baru melainkan lahan atau tanah yang sudah disediakan oleh pihak lingkungan setempat alias tanah kampung.
Kembali disinggung soal pekerjaan pembangunan masjid baru tersebut hanya terbangun 13 tiang pilar hingga menelan dana sebesar Rp 500 juta Budi justru mengaku hal itu alasanya sudah sesuai dengan RAB (Rencana Anggaran Biaya).
“Segitulah sesuai dengan RAB dan tiang-tiang itu mahal harganya. Dalam pembangunan masjid baru itu pun kita melibatkan pula masyarakat setempat,” terang Budi yang mengaku sudah 8 tahun menjabat Kaling Bukit Koala Matras.
Meski bangunan masjid baru belumlah rampung dikerjakan atau baru terbangun tiang pilar namun ia mengaku optimis untuk dapat menyelesaikan pembangunan tersebut, sehingga diakui Budi jika saat ini pihak yayasan telah mempersiapkan pengajuan proposal untuk tahun anggaran 2022 bakal dikucurkan dana senilai Rp 1,8 M terkait proyek kelanjutan pembangunan masjid baru yang kini belum tuntas.
“Namun untuk kelanjutan pembangunan tahap dua nanti rencananya saya tidak lagi mau jadi sekretaris yayasan. Sebab saya tidak mau lagi dan mau mengundurkan diri,” tegasnya lagi.
Sementara itu di tempat terpisah, Rato selaku pihak yang disebut-sebut kontraktor yang membangun masjid baru tersebut tak menampik pula jika pihaknya yang membangun masjid baru di lingkungan Bukit Koala Matras pada tahun 2020 lalu.
Hanya saja ia membantah terkait tudingan ‘miring’ sebagian pihak menilai jika kegiatan pembangunan masjid baru di lingkungan Bukit Koala itu olehnya diduga sarat penyimpangan anggaran uang negara senilai Rp 500 juta yang bersumber dari dana Hibah APBD Pemprov Babel tahun 2020 lantaran hanya terbangun 13 tiang saja.
“Memang banyak memakan dana. Nah yang paling banyak pengerjaanya pada bagian bawah hampir dua meter pondasi dan berbeda dengan sisi lainnya karena kondisi tanah di lokasi itu kan jauh miringnya,” ungkap Rato kepada tim media ini belum lama ini di Pangkalpinang.
Menurutnya lagi, dalam proses pembangunan masjid baru di Bukit Koala itu langsung di bawah koordinasi yayasan dan tidak ada panitia pembangunan masjid.
Ia sendiri meyakini jika sebagian masyarakat pasti beranggapan tak masuk akal dana senilai Rp 500 juta namun hanya terbangun belasan tiang saja.
“Sepintas memang orang-orang tidak percaya. Padahal mereka tidak melihat bagian bawahnya,” tegasnya seraya menambahkan jika luas bangunan masjid baru yang dibangun oleh pihaknya sekitar 53 meter persegi.
Sebaliknya ia sendiri mengaku kerapkali membantu jika ada masyarakat di suatu daerah membangun masjid. Bahkan dirinya pun mengaku cukup berpengalaman lantaran ia menekuni dunia kontraktor sejak tahun 90-an dan hingga kini masih saja bergelut di bidang jasa kontraktor, termasuk pembangunan gedung baru Kejari Bangka pun pada tahun 2020 lalu sempat dikerjakan oleh pihaknya.
Di sela-sela wawancara hari itu pun Rato mengaku jika sebelumnya ada kejadian saat proses pelaksanaan pembangunan masjid baru di Bukit Koala itu yakni dalam hal teknis.
“Sebagaimana gambar awalnya besi ulir 13 lalu kuganti besi ulirnya jadi 16. Soalnya ku takut nanti kalau ada apa-apa pasti ku lah yang dicari orang,” terang Rato.
Terkait proyek pembangunan masjid baru tersebut tim media ini pun mencoba mengkonfirmasi ke ketua DPRD Provinsi Babel, Herman Suhadi melalui pesan singkat (What’s App) belum lama ini.
Dalam pesan singkatnya politisi asal PDIP ini tak menampik jika beberapa waktu lalu sempat meninjau lokasi pembangunan masjid baru di lingkungan Bukit Koala Matras.
“Pernah. Tapi saat itu sedang dikerjakan,” kata Herman dalam singkatnya. Sebaliknya ia menyarankan agar tim media ini menanyakan info lanjut kepada Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Babel, Ranto Sendu atau ketua Komisi IV saat ini dijabat oleh Jawarno Kasir asal Gerindra. (tim)