FISIP UMJ selenggarakan Workshop Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

  • Bagikan

Ciputat, Tangsel, Asatuonline.id– Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP-UMJ) baru-baru ini mengadakan workshop (lokakarya) dengan tema “Pemberdayaan masyarakat pesisir dan strategi ekonomi sirkular”.

Siaran pers PSPP FISIP-UMJ yang diterima ANTARA Banten, Kamis (1/4/2021) menyebutkan, perbatasan dan pesisir menjadi kajian strategis pada workshop yang berlangsung 30 Maret 2021 itu terkait adanya berbagai program peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan dan pesisir.

Disebutkan pula, PSPP mendukung gerakan ekonomi sirkular, suatu pendekatan baru yang diperlukan saat ini untuk mempromosikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

SDGs itu sendiri memiliki prinsip 5R, yaitu pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce), optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse), penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle), proses perolehan kembali (recovery), atau dengan melakukan perbaikan (repair).

Konsep pemberdayaan masyarakat PSPP mengutamakan pengolahan potensi sumber daya lokal dengan mengintegrasikan keseimbangan dan pelestarian lingkungan serta merekomendasikan penggunaan energi terbarukan pada masyarakat pesisir dan perbatasan.

Selain itu disebutkan adanya dua tujuan utama pada workshop yang dilaksanakan secara tatap muka dan virtual itu. Pertama adalah hadirnya penelitian dan pengabdian kepada masayarakat dan kajian-kajian kebijakan.

Kedua yaitu menciptakan program-program pemberdayaan dan pendampingan masyarakat pesisir, menggali potensi lokal yang dapat dieksploitasi, dan menghasilkan atau membuat data base terkait semua poin di atas.

Narasumber dalam workshop ini yaitu Prof. Abdul Mu’ti (Sekum PP Muhammadiyah), Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (Guru Besar Kelautan dan Manajemen Kelautan IPB, sekarang Penasehat Menteri KKP) dan Dr. Endang Rudiatin, M.Si (Ketua Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir UMJ), dengan moderator Dr. Sa’diyah El Adawiyah, MS.

Dalam workshop itu Prof. Rokhmin antara lain mengarahkan PSPP untuk lebih menggarap pemberdayaan masyarakat, dan ada beberapa elemen yang harus menjadi fokus pembinaan, yaitu bina lingkungan yang terdiri dari pemukiman sehat, bersih, indah, smart, produktif, pengendalian pencemaran, konservasi, mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam.

Kemudian Bina Manusia, meliputi peningkatan knowledge, skill, expertise, etos kerja, akhlak serta pelayanan gizi dan kesehatan. Lalu Bina Usaha meliputi peningkatan teknologi produksi, processing industry, pemasaran, manajemen bisnis, dan manajemen keuangan keluarga. Terakhir, Bina Sarana dan Prasarana meliputi infrastruktur, sarana, dan konektivitas.

Sementara itu Endang Rudiatin memaparkan berbagai aktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan PSPP mulai dari daerah-daerah perbatasan Kalimantan Utara, Kalimantan Barat hingga masyarakat pesisir Pantai Utara Jawa.

PSPP juga menjelaskan temuan-temuan lapangan yang kemudian memberikan rekomendasi bagi pemberdayaan masyarakat dan pengembangan wilayah perbatasan dan pesisir.

Fokus pemberdayaan masyarakat dengan mengolah sumber daya lokal sesuai dengan tradisi “kerjasama jaringan komunitas dan share risk” yang kemudian melanggengkan hubungan di antara mereka menurutnya menjadi kunci keberhasilan ekonomi sirkular yang sekarang menjadi agenda Bappenas.

Di sisi lain, Prof. Abdul Mu’ti lebih menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat yang diprogramkan PSPP hendaknya menyesuaikan dengan kemampuan dan kondisi geografis, sosial, dan budaya masyarakatnya. Jika ada kecenderungan lebih ke arah pariwisata, maka jangan dipaksa untuk menghasilkan produk olahan perikanan, sebab bisa jadi sulit dalam urusan transportasinya nanti.

PSPP sendiri menargetkan penelitian di tiga daerah perbatasan dan sembilan daerah pesisir dengan memprioritaskan dua daerah binaan di perbatasan dan dua daerah binaan di pesisir, yaitu Sebatik-Nunukan, Entikong, Temajuk Sambas dan Nelayan Cirebon, Kalibaru, serta pulau Tidung di kepulauan Seribu..(redaksi)

Loading

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *